Resensi Buku: Harus Bisa; Seni Memimpin a la SBY
Penulis : Dr. Dino Patti Djalal (catatan harian)
Red&White Publishing, 340 hal++
ISBN: 978-979-1008-10-5
Harga:Rp. 75.000,-
NATIONAL TREASURE a la INDONESIA:
(Intensitas, Integritas dan Kepemimpinan SBY)
Intensitas dan Integritas
Membaca buku “Harus Bisa: Seni Memimpin a la SBY” ibarat menonton film “National Treasure 2 : Book of Secrets” yang diperankan Nicholas Cage. Buku setebal 340 halaman plus pengantar, indeks dan epilog sengaja disusun untuk memotret dan merekam kepemimpinan SBY dalam menjalankan tugas negara apa adanya. Adalah hal mustahil, melahirkan karya tulis di tengah kesibukan Dr. Dino Patti Djalal sebagai Juru Bicara Presiden RI. Namun dalam kegigihan dan rentan pengalamannya, Dino mampu menghadirkan aktualisasi dan aktifitas Presiden SBY lengkap dengan koleksi foto pribadi maupun pers kepresidenan.
Penulis : Dr. Dino Patti Djalal (catatan harian)
Red&White Publishing, 340 hal++
ISBN: 978-979-1008-10-5
Harga:Rp. 75.000,-
NATIONAL TREASURE a la INDONESIA:
(Intensitas, Integritas dan Kepemimpinan SBY)
Intensitas dan Integritas
Membaca buku “Harus Bisa: Seni Memimpin a la SBY” ibarat menonton film “National Treasure 2 : Book of Secrets” yang diperankan Nicholas Cage. Buku setebal 340 halaman plus pengantar, indeks dan epilog sengaja disusun untuk memotret dan merekam kepemimpinan SBY dalam menjalankan tugas negara apa adanya. Adalah hal mustahil, melahirkan karya tulis di tengah kesibukan Dr. Dino Patti Djalal sebagai Juru Bicara Presiden RI. Namun dalam kegigihan dan rentan pengalamannya, Dino mampu menghadirkan aktualisasi dan aktifitas Presiden SBY lengkap dengan koleksi foto pribadi maupun pers kepresidenan.
Jika Nicholas Cage menghantar penonton melalui teka-teki dan rahasia sejarah kenegaraan White House, Dino Patti Djalal justru menghadirkan rekam jejak Presiden RI ke-6 baik tindakan, ucapan dan seni memimpin negara. Buku ini jelas berbeda jika dibandingkan dengan buku Presiden Soekarno "Penyambung Lidah Rakyat" yang ditulis Cindy Adams, atau Soeharto: "Ucapan, pikiran dan Tindakan Saya" yang ditulis G. Dwipayana. Dalam beberapa buku Presiden RI terdahulu kesan interview sangat kental dihadirkan oleh penulis. Teks Cindy Adams maupun G. Dwipayana merupakan hasil wawancara dan rekaman pemikiran langsung (direct speech) dari Sang Tokoh.
Sedangkan Dino tidak menghadirkan diri sebagai pewawancara. Dino hadir sebagai pendamping Presiden RI yang terus mengikuti jejak pemikiran SBY dalam mengambil keputusan, terlibat dalam tatap muka antarpresiden maupun memberikan masukan bagi kepentingan Indonesia di fora internasional. Penampilan buku ini jauh dari bentuk otobiografi Presiden RI, melainkan sebagai buku catatan harian penuh kegiatan kenegaraan, pelajaran berharga yang bisa dipetik, buah pemikiran, keteladanan serta kebijaksanaan Sang Presiden.
Dalam National Treasure 2: Book of Secrets sesungguhnya merupakan Catatan Harian setiap Presiden AS selama masa berkuasa. Bedanya, catatan harian Presiden AS tersimpan dengan sandi khusus di Perpustakaan Negara dan dijaga sangat ketat, sedangkan Catatan Harian Dino mengenai SBY disebarluaskan agar publik mengetahui apa saja aktifitas Presiden RI selama 4 tahun masa kepemimpinannya. Disinilah terdapat kesan kuat bahwa intensitas dan integritas Dino, seorang Juru Bicara Presiden dapat merekam dengan jelas setajam cinematografi.
Membaca buku setebal ini cukup 3 sampai 5 jam saja. Pembaca akan sangat terbantu dengan tampilan foto-foto SBY sebanyak 155 jepretan dalam ukuran close up, frame serta full color. Sebagai catatan intrinsik, meskipun memiliki referensi tim fotografi istana kepresidenan maupun koleksi pribadi ada hal yang terlewatkan. Foto-foto yang ditampilkan memang menyertakan keterangan namun tidak menyebutkan sumber foto. Sehingga pembaca akan sulit membedakan apakah foto tersebut merupakan koleksi pribadi atau rekaman media pers rumah tangga kepresidenan.
Demikian juga ada hal yang lucu tapi menarik mengenai foto di halaman 268. Keterangan menyebutkan bahwa SBY meminjam punggung seorang ajudan untuk merevisi teks sebelum konferensi pers film FITNA. Yang menarik adalah pose yang sama persis pernah dilakukan Presiden Soeharto ketika menandatangani surat di atas pungggung ajudannya (Presiden RI Soeharto ketika mengunjungi Tapos / koleksi Sebuah Majalah Nasional ). Lebih menarik lagi, ajudan Presiden Soeharto tersebut sekarang menjadi rival berat SBY dalam Pilpres 2009 nanti.
Kepemimpinan SBY
Sesuai dengan judul buku, Dino menceritakan enam bab ditambah epilog bertajuk SBY sebagai Atasan, Sahabat dan Mentor. Babnya berjudul: Memimpin dalam Krisis, Memimpin dalam Perubahan, Memimpin Rakyat dan Menghadapi Tantangan, Memimpin Tim dan Membuat Keputusan, Memimpin di Pentas Dunia, dan Memimpin Diri Sendiri tersaji lengkap dengan foto, stop press dari para pemimpin maupun filsuf dunia. Rupanya, Dino juga sangat mengagumi Panglima Besar Jenderal Sudirman dalam hal kepemimpinan. Hal ini terlihat dalam kalimat pembuka bab 1 (Tempat saya yang terbaik adalah di tengah-tengah anak buah. Saya akan meneruskan perjuangan...Panglima Besar Jenderal Sudirman hal 3).
Sesuai dengan judul buku, Dino menceritakan enam bab ditambah epilog bertajuk SBY sebagai Atasan, Sahabat dan Mentor. Babnya berjudul: Memimpin dalam Krisis, Memimpin dalam Perubahan, Memimpin Rakyat dan Menghadapi Tantangan, Memimpin Tim dan Membuat Keputusan, Memimpin di Pentas Dunia, dan Memimpin Diri Sendiri tersaji lengkap dengan foto, stop press dari para pemimpin maupun filsuf dunia. Rupanya, Dino juga sangat mengagumi Panglima Besar Jenderal Sudirman dalam hal kepemimpinan. Hal ini terlihat dalam kalimat pembuka bab 1 (Tempat saya yang terbaik adalah di tengah-tengah anak buah. Saya akan meneruskan perjuangan...Panglima Besar Jenderal Sudirman hal 3).
Catatan harian Dino begitu sederhana. Praktis dalam mengajukan fakta dan tidak berbelit-belit. Dino memanfaatkan momentum dan pengalamannya sebagai Jubir Presiden, sehingga buku ini enak dibaca dimana dan kapanpun kita berada. Jika membandingkan dengan buku yang menyoal tentang kepemimpinan Presiden RI terdahulu maka kesan formal tidak tergambar dalam buku Dino. Selain Soekarno dan Soeharto, Presiden Habibie menulis lewat “Detik-detik Yang Menentukan, Jalan Panjang Menuju Demokrasi." Di samping itu, Presiden Abdurrahman Wahid memiliki buku “No Regrets”, yang ditulis Jubir Presiden Wimar Witular serta “Abdurrahman Wahid, Muslim, Democrat, Indonesian President, A View from the Inside” yang ditulis Greg Barton. Dan tak kalah penting adalah buku “Megawati Soekarnoputri Presiden RI” yang ditulis Drs. Rusdi Muchtar dan Drs Afadlal.
Lengkap sudah, para pemimpin negeri ini selalu menorehkan tinta emas selama dan sesudah menjabat dengan kemampuan maupun kelemahan periode kepemimpinannya melalui buku ataupun tulisan. Hal ini menjadi pelajaran yang baik bagi generasi muda untuk melihat keteladanan para pemimpin Indonesia. Adalah kebahagiaan tersendiri jika membuka selembar demi selembar buku karya pria kelahiran Beograd 10 September 1965 ini. Panduan penyajiannya sangat berkelas dan lengkap dengan ungkapan-ungkapan seorang diplomat yang energik dan dinamis.
Dino, telah menunjukkan peta baru bagi Indonesia dan masyarakat luas bahwa pemimpin 230 juta jiwa ini adalah seorang Demokrat yang handal menangani kebijakan, sigap dalam mengambil keputusan, judgement yang matang, memiliki intelektualitas yang tinggi, inovatif, berani menempuh resiko, adaptif, memiliki naluri yang tajam, peduli terhadap masalah, mau introspeksi dan belajar dari kesalahan, mampu menentukan prioritas, gigih mencari solusi, mampu membaca perubahan zaman dan trend dunia, serta memiliki akhlak yang baik. Itulah, sajian 42 sub-judul yang ingin disampaikan suami dari drg. Rosa Rai sekaligus ayah bagi Alexa, Keanu dan Chloe.
Diharapkan, generasi muda menimba keteladanan dari para pendahulunya. Jika Soekarno adalah Proklamator Bangsa, Soeharto adalah Bapak Pembangunan, Habibie adalah Teknokrat Handal, Gus Dur adalah Presiden Yang Menjunjung Toleransi dan Peradaban, Megawati adalah Srikandi Nusantara, tak pelak SBY adalah Pemimpin Demokrat Sejati yang mencintai rakyat dan pengemban tugas suci kenegaraan. Semoga peta kepemimpinan yang dirintis Dr. Dino Patti Djalal menetes dalam sanubari calon-calon pemimpin muda negeri ini. Indonesia masih membutuhkan ratusan SBY dan ribuan Dino yang dapat menghantar ibu pertiwi menuju masyarakat adil dan makmur. Kepemimpinan a la SBY adalah mercusuar di tengah gelora samudra yang dapat menerangi jalan-jalan menuju kejayaan negeri.
No comments:
Post a Comment